Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund adalah dua kekuatan sepak bola yang sempat luput diperhitungkan khalayak sebelum mereka mencapai Liga Champions musim ini. Meski Muenchen berhasil melaju ke babak final Liga Champions dua kali dalam lima tahun ke belakang, entah bagaimana nama mereka selalu kalah pamor dibanding nama-nama seperti Manchester United, Barcelona, Real Madrid, bahkan Chelsea.
Tetapi musim ini lain. Auman garang pasukan elit Bavaria ini akhirnya terdengar sampai ke seluruh dunia. Barcelona, tiran sepak bola Eropa sejak 2008, dihajar tujuh gol tanpa balas dalam dua leg semi final Liga Champions musim ini. Hampir seluruh filosofi permainan sepak bola dikuasai dengan sempurna oleh Die Roten. Mereka bisa menguasai bola, melancarkan serangan cepat lewat sayap dan bertahan dengan shape retention nan sempurna.
Muenchen begitu disiplin baik dalam menyerang maupun bertahan. Mereka begitu kreatif dan menghibur namun semua itu dilakukan di dalam koridor yang jelas batasannya. Mereka kuat, cepat, dan kejam. Definisi yang seharusnya lebih cocok diperuntukkan bagi satuan serdadu militer.
Namun, di balik kekejaman itu terselip sebuah keindahan. Mudahnya, FC Hollywood membantai lawan-lawannya dengan cara yang indah dan penuh cita rasa seni.
Borussia Dortmund sebagai lawan Muenchen memang sedikit mengejutkan. Akan tetapi, keterkejutan itu sudah layaknya sirna jika kita mengikuti sepak terjang mereka sejak dua musim yang lalu.
Filosofi bermain mereka jelas. Tidak perlu bertele-tele, hajar saja lawan ketika mereka lengah. Serang secepat-cepatnya, seefektif dan seefisien mungkin. Jika suatu hari nanti Anda diberi kesempatan bertemu, tanya saja Sergio Ramos dan Raphael Varane kalau tidak percaya.
Kiprah Borussia Dortmund juga sebelumnya sempat kurang diperhatikan. Memang betul mereka berhasil memuncaki grup neraka yang dihuni Real Madrid, Manchester City dan AFC Ajax, tetapi ketika itu, sebagian orang lebih memilih untuk menganggapnya sebagai sensasi sesaat saja. Di babak perempat final pun, mereka harus bersusah payah menyingkirkan Malaga. Baru ketika mereka menghancurkan Real Madrid di leg pertama babak semifinal, khalayak mulai benar-benar membuka mata.
Dua tim ini memang sangat layak untuk berada di partai puncak. Dominasi Spanyol diruntuhkan tanpa tedeng aling-aling dan untuk itu, mereka seakan tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk dibuktikan bahwa mereka memang layak. Berbicara soal kelayakan, artinya berbicara soal kemampuan teknis kedua tim dan di sini, kita akan melakukan komparasi antarlini dari dua tim ini.
LINI BELAKANG
Bayern Muenchen
FC Hollywood tidak kebobolan satu gol pun dalam empat pertandingan Liga Champions terakhir mereka. Tidak tanggung-tanggung, di empat pertandingan tersebut, lawan yang dihadapi adalah Juventus dan Barcelona. Penampilan lini belakang FC Bayern di laga leg pertama semi final Liga Champions barangkali merupakan salah satu penampilan defensif terbaik musim ini. Pemain Barcelona begitu sulit menemukan celah dan ruang untuk sekadar menerobos masuk ke kotak penalti.
Kedatangan Dante Bonfim dari Borussia Moenchengladbach di awal musim sanggup memperkokoh sekaligus menyempurnakan kinerja lini belakang Muenchen yang sebelumnya agak rentan oleh kecerobohan Jerome Boateng dan Holger Badstuber.
Selain itu, penampilan kedua full-back kanan dan kiri Muenchen betul-betul eksepsional. Kemampuan Phillipp Lahm dan David Alaba membantu serta menginisasi serangan sama baiknya dengan kemampuan defensif mereka.
Situs WhoScored mencatat, dari 10 gol yang bersarang di gawang Manuel Neuer, 6 di antaranya berasal dari open play, 3 dari situasi set-piece, dan 1 gol lewat serangan balik. Di sini, seperti yang terjadi di final DFB Pokal musim lalu, ada sedikit celah di lini pertahanan Muenchen terutama dari situasi serangan balik. Dua full-back mereka, Lahm dan Alaba masing-masing pernah dilewati sekitar satu kali di setiap pertandingannya.
Borussia Dortmund
12 gol bersarang di gawang Roman Weidenfeller dalam 12 laga. Bukan rataan yang buruk tentunya ketika sebuah tim kebobolan satu kali di setiap laga. Memang, pertahanan Borussia Dortmund terhitung solid, akan tetapi, ada satu kejadian yang menunjukkan bahwa ada celah untuk unforced error di lini belakang tim ini. Gol Cristiano Ronaldo di Westfalen menunjukkan bahwa ada potensi bagi lini belakang Borussia Dortmund untuk berlaku ceroboh.
Mats Hummels adalah si pemain yang ceroboh tersebut. Akan tetapi, potensi kecerobohan tersebut ia tutupi dengan penampilan cemerlang. 3,1 tekel; 2,5 intersepsi; dan 6,5 sapuan seperti yang dicatatkan WhoScored menunjukkan bahwa Hummels adalah bagian integral lini belakang Borussia Dortmund. Di posisi full-back, nama Lukasz Piszczek menjelma menjadi satu nama spesial.
Lukasz Piszczek mencatatkan sudah mencatatkan 1 assist di pergelaran Liga Champions musim ini. Selain itu, peran Piszczek untuk membangun serangan juga tak kalah krusial. Catatan rata-rata 1,5 keypasses per laga menunjukkan bahwa Piszczek memiliki visi brilian dalam menginisasi serangan. Kombinasi Piszczek dengan sesama pemain Polandia, Kuba Blaszczykowski di sayap kanan merupakan salah satu yang terbaik di dunia saat ini.
LINI TENGAH
Bayern Muenchen
Lini tengah Muenchen adalah salah satu yang terbaik di dunia. Kombinasi antara kecerdasan, teknik olah bola, kekuatan dan kecepatan menjadikan lini tengah ini begitu intimidatif. Duet double-pivot Bastian Schweinsteiger dan Javi Martinez menyimbolkan kecerdasan, teknik olah bola dan kekuatan. Sementara itu, duet Robbery di sayap kiri dan kanan menyimbolkan kecepatan, kecerdasan dan teknik olah bola.
Ketika Muenchen menjinakkan Barcelona di Camp Nou, 81% bangun serangan dilakukan dari sisi sayap, sementara itu, sentral lapangan Die Roten menjadi filter utama serangan Barcelona.
Schweinsteiger dan Martinez di pertandingan tersebut masing-masing mencatatkan 6 dan 2 tekel bersih. Selain itu, mereka juga masing-masing mencatatkan 4 dan 3 intersepsi. Selain dari aspek defensif, aspek ofensif dua gelandang ini juga tidak kalah mumpuni.
Meskipun sulit diukur secara statistik, dinamisnya pertukaran posisi Schweinsteiger dan Martinez dalam bergantian maju-mundur membantu inisiasi serangan menjadi kunci utama permainan Muenchen. Keseimbangan menyerang dan bertahan FC Hollywood semuanya terlihat dari bagaimana lini tengah mereka bermain.
Borussia Dortmund
Ilkay Gundogan dan Sven Bender adalah pesaing natural utama bagi Bastian Schweinsteiger dan Sami Khedira di lini tengah Jerman. Banyak pihak yang mengatakan bahwa kegagalan Jerman di Euro 2012 silam disebabkan karena keengganan Joachim Loew untuk mengubah perspektif Bayern-sentris menjadi Dortmund-sentris. Padahal, lini tengah Borussia Dortmund tidak kalah kelas dibanding milik Muenchen.
Gaya bermain Borussia Dortmund yang lebih direct membutuhkan lini tengah yang mampu menjalankan transisi cepat dari bertahan ke menyerang. Butuh sosok dengan kecerdasan dan visi di atas rata-rata untuk cepat mengalirkan bola ke wilayah yang potensial untuk menghasilkan peluang. Selain itu, sayap dan posisi nomor sepuluh Borussia Dortmund diisi oleh pemain yang memiliki kreativitas dan teknik di atas rata-rata.
Mario Goetze, Marco Reus dan Kuba Blaszczykowski menjadi aktor penting bagi Borussia Dortmund untuk melancarkan serangan direct cepat dan mematikan. Reus, selama gelaran Liga Champions musim ini mampu mencatatkan rataan 2,3 dribel sukses per laga. Disusul oleh Goetze dengan 1,7 dan Blaszczykowski dengan 1,4. Serangan ini masih disokong pula oleh agresivitas duo full-back dinamis mereka, Lukasz Piszczek dan Marcel Schmelzer.
LINI DEPAN
Bayern Muenchen
Lini depan Muenchen betul-betul spesial musim ini. Dari 12 laga Liga Champions, mereka mampu mencatatkan 29 gol. Itu artinya, rataan gol per pertandingan mereka mencapai angka 2,4 gol per pertandingan. Thomas Mueller dan Mario Mandzukic menjadi dua aktor spesial di lini depan Muenchen karena kemampuan mereka yang komplit. Dua pemain ini, selain tajam, mereka juga memiliki kesadaran dan kemampuan defensif yang amat baik. Muenchen benar-benar mempraktikkan totaal voetbal dengan memaksimalkan kemampuan defensif pemain depan mereka.
Thomas Mueller kembali menjadi Thomas Mueller yang kita kenal di Piala Dunia 2010 silam. Meskipun terkadang gerak olah bolanya, seperti yang dikatakan Raphael Honigstein, tidak ortodoks, namun kemampuan teknisnya jelas di atas rata-rata. Selain itu, kecerdasannya untuk mencari dan memanfaatkan ruang sangat berperngaruh bagi ketajamannya. Ia bukan pemain yang paling enak ditonton, tetapi ia mungkin salah satu yang paling rajin.
Sementara itu, Mario Mandzukic, dengan kekuatan fisiknya sering digunakan untuk menekan playmaker lawan, seperti yang dilakukannya terhadap Andrea Pirlo di Euro 2012 dan perempat final Liga Champions. Ia mampu mempersempit ruang gerak lawan, terutama lawan yang memulai bangun serangannya dari lini belakang. Di leg kedua pertandingan kontra Barcelona, ia mampu mencatatkan 4 tekel dan 1 intersepsi.
Borussia Dortmund
Borussia Dortmund
Hanya ada satu nama: Robert Lewandowski. Pemain yang gagal menembus tim utama Legia Warszawa di awal karirnya ini menyumbang 10 dari 23 gol Borussia Dortmund di Liga Champions musim ini. Dengan catatan seperti itu, berarti 43,4% gol Borussia Dortmund lahir dari kaki dan kepala penyerang 24 tahun ini.
Dominannya Lewy - sapaan akrab Lewandowski - di lini depan Borussia Dortmund mengindikasikan bahwa Lewandowski adalah pemain yang sangat spesial dan Borussia Dortmund sangat bergantung pada ketajamannya.
Lewandowski adalah penyerang klasik yang lihai mencari ruang dan tidak membutuhkan banyak peluang untuk menghasilkan gol. Teknik olah bolanya tidak terlalu spesial, akan tetapi sebagai predator kotak penalti, ia memiliki kecerdasan tinggi untuk membaca arah bola dan permainan, sehingga ia tahu kapan dan di mana ia harus berada untuk mencetak gol. Tak mengherankan jika pemain satu ini menjadi salah satu primadona bursa transfer.
No comments:
Post a Comment